Minggu, 16 Mei 2010

Persija vs Persib (25-03-2010)

Persija vs Persib (25-03-2010)
Ditulis Oleh Christine Elke

Bagi sebagian orang tanggal ini mungkin biasa, tak ada yang istimewa namun tidak untuk saya dan teman-teman saya yang tinggal di Cilegon ini. Suatu kota kecil di ujung Indonesia, yang tak sebanding dengan Ibu Kota. Yah, Jakarta ibuKota negara saya Indonesia dengan tim kebanggaan sebagian masyarakatnya yaitu Persija Jakarta. Tim bertabur bintang yang kurang diperhatikan. Terlalu banyak masalah nonteknis di dalam kubu ini sehingga tak jarang berpengaruh pada saat tim bertanding.

Pagi ini cuaca sedikit mendung walau pun tidak hujan. Saya bersemangat bangun pagi dan siap-siap menuju stadion kebanggaan seluruh masyaraat Indonesia yaitu Gelora Bung Karno untuk menyaksikan lanjutan pertandingan Indonesia Super League.

Izin dari orang tua untuk menyaksikan pertandingan ini pun susah saya dapatkan, ternyata bukan hanya saya sebagian dari teman saya pun susah untuk meyakinkan kepada kedua orang tuanya bahwa pada pertandingan nanti tidak akan terjadi apa-apa.

Cukup lama meyakinkan orang tua saya, kurang lebih 4 hari sebelum pertandingan saya "mencari muka" di depan orang tua saya agar diizinkan untuk pergi ke GBK. Alasan orang tua saya pun beragam, dari jarak yang lumayan jauh, takutnya ada bentrok antar supporter, dan alasan yang membuat saya jengkel karena saya seorang perempuan.. emmmmm… Andai orang tua saya memiliki ikatan dalam dunia bola tentu saya akan setiap pertandingan tak absen pergi mendukung Tim Persija.

Walau saya pesimis akan diijinkan namun entah apa yang menyambar hati kedua orang tua saya, kata ‘iya’ pun terucap dari mulut mereka. Senang,..? Ya saya senang, kalo boleh jujur rasa senang itu mungkin sampai tak tergambarkan. Ini kali pertama saya menginjak GBK pada saat Persija berlaga. Saya pun tak ingin menyiya-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh kedua orang tua saya.

Saya sangat berharap pada pertandingan ini tidak ada gesekan antar supporter sama sekali. Saya ingin membuktikan kepada kedua orang tua saya bahwa apa yang mereka bayangkan di GBK saat Persija bermain tak mengerikan seperti gambaran mereka selama ini.

Alhasil saya pun pergi ke GBK dengan "semangat 45" mendukung tim Persija yang akan berlaga sore ini. Pada hari ini kick off dimulai jam 4.00 sore. Pertandingan nya pun sangat menarik ditonton, jual beli seragan kedua tim ini sangat asik dilihat. Walau emosi pemain di dalam lapangan sempat meledak ketika ada pelanggaran. Sedikit terlihat puing-puing botol plastik berterbangan ke pinggir lapangan. Sedikit terdengar yel rasis walau dinyayikan hanya sebentar dan oleh segerombolan saja, tapi saya salut dengan kesigapan dirijen yang langsung mengkordinir yel-yel lain agar yel rasis tersebut tak terdengar / tertutup.

Pertandingan sore ini berakhir dengan skor 2-2… Walau Persija sempat tertinggal terlebih dahulu tapi gol Aliyudin dan Abanda merontokkan poin penuh yang didapatkan tim tamu. Jam menunjuk pukul 6.00 sore, saya pun tak dapat langsung pulang. Tertahan di parkiran kurang lebih 1 jam namun justru di sini saya mendapatkan kepuasan melihat lebih fanatiknya supporter di luar lapangan. Mereka tetap bernyanyi, bersorak, bergembira walau Persija hanya bisa mencuri 1 poin. Tak ada raut sedih, putus asa, amarah di muka mereka justru mereka mencerminkan kepuasan batin melihat Persija Jakarta bertanding pada hari ini. Mereka pun tak segan menyapa saya dan teman-teman saya walau kami tak saling kenal.

Ini pembuktian, bahwa tak begitu menyeramkan datang langsung mendukung tim kebanggaan ke stadion. Mungkin di luar sana citra tauran dan rusuh telah tercap di nama kami sebagai supporter, namun jika Anda lihat sendiri dengan langsung tidak semua supporter brutal. Ini semua menurut saya tergantung pada diri kita sendiri sebagai supporter. Saya yakin kalau niat kita dari rumah tulus mendukung Tim Kebangga’an kita yang akan bertanding, membeli tiket tanpa menunggu jebolan, bersikap saling menghormati sama sekali tak ada kata mengerikan pada suatu pertandingan sepak bola.

Saya pun menceritakan kepada kedua orang tua saya, bahwa GBK lumayan bersahabat dengan saya dan teman-teman. Selama saya di sana tidak ada gangguan sama sekali, saya pun sampai di rumah dengan selamat tanpa lecet atau goresan sama sekali. Saya mengatakan kepada orang tua saya bahwa sepakbola bukanlah hal mengerikan, bahkan di sebelah parkiran mobil saya terdapat sebuah mobil yang berisi sekeluarga dengan anak-anaknya lengkap dengan atribut menuju GBK. Saya harap ini pertanda kebangkitan bagi sepakbola Indonesia. Dimana sepakbola bukanlah hal yang menakutkan untuk orang tua melarang anaknya hadir di stadion tapi sepakbola adalah suatu alat komunikasi atau pendekatan anak dan orang tua.*Elke

Sampai kapan SepakBola di takuti oleh orang tua..?
Sampai kapan orang tua melarang anaknya..??
Sampai kapan sang anak di izinkan langsung ke stadion..???

Hanya kita yang bisa menjawab, kita yang bisa meyakini, dan kita yang bisa memulai.


MERDEKA… ^^

Tidak ada komentar:

PERSIJA

PERSIJA